Telegrafi – Pandemi Covid-19 di dunia hampir kurang dari dua tahun merupakan peristiwa yang memilukan bagi seluruh umat manusia di bumi ini. Multi segmentasi dari segala kehidupan di bumi dikabarkan mengalami colaps, tentunya dikalangan sektor ekonomi, manusia berupaya dan bersusah payah dalam mencari nafkah sekaligus menghidupi kebutuhannya sehari-hari. Yang menjadi tanggungan yang besar ketika orang tersebut merupakan pelaku usaha atau pelaku ekonomi mengalami kesusahan dalam mencari sesuap nasi , bukan mekanisme gajian bulanan di sektor pejabat pemerintahan baik Pegawai BUMN dan Pegawai Negeri Sipil.
Mengutip dari Pedoman Umum dalam Penanganan Covid-19, Pada 31 Desember 2019, WHO China Country Offce melaporkan kasus pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China. Pada tanggal 7 Januari 2020, China mengidentifkasi pneumonia yang tidak diketahui etiologinya tersebut sebagai jenis baru coronavirus (novel coronavirus). Pada awal tahun 2020 NCP mulai menjadi pendemi global dan menjadi masalah kesehatan di beberapa negara di luar RRC.
Berdasarkan World Health Organization (WHO), kasus kluster pneumonia dengan etiologi yang tidak jelas di Kota Wuhan telah menjadi permasalahan kesehatan di seluruh dunia. Penyebaran epidemi ini terus berkembang hingga akhirnya diketahui bahwa penyebab kluster pneumonia ini adalah Novel Coronavirus. Pandemi ini terus berkembang hingga adanya laporan kematian dan kasus-kasus baru di luar China.
Pada tanggal 30 Januari 2020, WHO menetapkan COVID-19 sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC)/ Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Yang Meresahkan Dunia (KKMMD) . Pada tanggal 12 Februari 2020, WHO resmi menetapkan penyakit novel coronavirus pada manusia ini dengan sebutan Coronavirus Disease (COVID-19).
Diketahui memang virus corona merupakan salah satu virus yang diindikasikan menjadi virus yang berbahaya dan menyebar diseluruh dunia. Beberapa Negara memutuskan untuk memberlakukan kebijakan perketatan terhadap mobilitas masyarakat untuk mengantisipasi tersebarnya virus tersebut dan atau mengurangi mobilitas masyarakat dengan beberapa syarat yang harus dipatuhinya.
Yang menyedihkan ketika moment pandemi covid-19, ketika Negara memberlakukan Pembelajaran Jarak Jauh baik ditataran Pendidikan Dasar, Menengah, dan Perguruan Tinggi menjadikan konektivitas rasa yang dibangun oleh Guru dan Murid menjadi terbatas, dan hanya bisa bertatap muka melalui aplikasi digital yang saat ini dijadikan sebagai platform pengajaran, baik menggunakan aplikasi google meet maupun zoom. Namun kebijakan Negara tersebut adalah keputusan yang terbaik demi terwujudnya masyarakat yang sehat sentosa. Tentunya masyarakat berharap pandemi segera berakhir, agar dapat beraktivitas seperti semua.
Tentunya kebiasaan yang baru dialami oleh masyarakat saat ini terbatas, dengan segala macam aktivitas pada lazimnya harus menyesuaikan dengan beberapa syarat yang harus diikuti oleh masyarakat, persyaratan yang dimungkinkan saat ini agar masyarakat dapat menjalankan aktivitas pada umumnya adalah tidak ada gejala atau tanda-tanda sakit seperti pilek, demam, hidung tersumbat dll, menunjukkan bukti berupa test antigen atau PCR negatif Covid-19, dan kemudian adalah telah di vaksinasi untuk memperkuat imunitas tubuh.
Di tengah pandemi Covid-19 tentunya masyarakat berupaya dalam meningkatkan imunitas tubuh. Beberapa anjuran dokter dalam meningkatkan sistem imunitas tubuh agar tidak mudah sakit memiliki peran penting. Mengutip dari Alodokter, langkah solutifnya adalah dengan menerapkan pola hidup sehat dengan sering mengkonsumsi makan sayur dan buah, istirahat dengan cukup waktu dengan idealnya untuk dewasa kurang lebih 7-8 jam dan remaja kurang lebih dari 9 – 10 jam, rutin olahraga, menghindari rokok dan alkohol, dan tentunya minum vitamin C dan E.
Menurut Penulis, ada beberapa cara untuk meningkatkan imunitas tubuh yang harus dilakukan oleh Masyarakat, terutama dikalangan lansia adalah dengan menonton Wayang sebagai hiburan seni, baik yang mengalami karantina kesehatan secara kolektif maupun isolasi mandiri. Memang belum ada riset secara kuantitatif yang menunjukkan bahwa menonton wayang adalah sebagai upaya dalam meningkatkan imunitas tubuh. Namun sebagai langkah reflektif dan praksis yang dibumbuhi dengan muatan ajaran agam Islam, manakala di Indonesia merupakan salah satu warga Negara yang mayoritasnya pemeluk agama Islam. Tentu media wayang sebagai platform dakwah Islam yang mencerahkan dan humoris, tentu dugaan penulis bahwa si penonton akan merasa terhibur dan bahagia, sehingga mampu meingkatkan imunitas tubuh.
Diketahui bahwa seni wayang merupakan kesenian yang digandrungi oleh orang pada zaman dahulu kala hingga saat ini. Tentunya kesenian wayang menunjukkan eksistensi dan digemari oleh para penontonnya. Karena wayang merupakan seni tradisional yang dapat bertahan sesuai dengan perkembangan zaman dengan segala aspek perubahannya. Oleh karena itu wayang dapat terwariskan dari generasi ke generasi merupakan pencapaian prestasi yang harus diapresiasi.
Dalam pertunjukkan wayang, tentunya ada beberapa nilai-nilai kharismatik dan edukatif yang dapat diterima oleh penonton, tentunya jika dakwah dijadikan sebagai media dakwah Islam yang humanis dan humoris dengan bingkai toleransi berkeadabana, apalagi dimomentum pandemic Covid-19 yang diperuntukkan bagi pasien yang terpapar Covid-19 dikalangan lansia maupun yang bukan pasien covid-19, tentunya menjadi langkah solutif dalam pelaksanaan pertunjukan wayang.
Sejarah Nusantara di Jawa tentunya menunjukkan bahwa media wayang dimanfaatkan dan dipergunakan sebagai platform media dakwah agama Islam. Perkembangannya cepat dan mengalami berbagai macam transformasi dari aspek visual dan aspek-aspek pendukung lain seperti halnya tembang, karawitan, sinden, sastrawan, dll. Tentunya, ulama-ulama lokal pada zamannya juga memanfaatkan momentum tersebut sebagai media dakwah dan atau para sufi yang menyampaikan ajaran kepada masyarakat. Memang pada zaman dahulu kala, Islamisasi diterapkan secara toleransi dan tidak ada unsur muatan pemaksaan.
Belajar konsepsi diplomasi ala Walisongo, terutama Sunan Kalijaga dalam upaya mendiplomasikan antara seni wayang yang menjadi kesenian turun menurun dengan memasukkan ajaran Islam sebagai nilai dakwahnya. Selain itu, seni wayang dikenal mengandung ajaran Islam (Tarekat) atau muatan-muatan Tasawwuf, meskipun cenderung dipersepsikan oleh public berkisah tentang Historis Epikepik India Hindu Budha.
Ya mengutip dari Poespaningrat, R.M.P yang berjudul Nonton Wayang dari Berbagai Pakeliran, meskipun ada beberapa para penguasa lokal terlibat dalam usaha menggagas, merancang seni wayang ini. Misalnya Raden Patah raja Demak Bintara yang mengusulkan merombak wayang beber menjadi boneka wayang individual yang wujudnya menjauhi manusia dan bersendi lengannya, berikut penciptaan wayang Gunungan. Prakarsa ini terus dilanjutkan raja-raja Jawa berikutnya khususnya di Jawa Tengah-seperti raja Pajang, Mataram, Kartasura, Surakarta dan Yogyakarta. Karena pengaruh sejarah bergulirnya kekuasaan raja-raja Jawa ini pulalah, lahirlah beraneka ragam corak atau gaya wayang kulit sesuai daerah-daerah di pulau Jawa yang bisa dideteksi dari masing-masing kekhasan gaya visualnya, misal Betawi, Cirebonan, Banyumasan, Yogyakarta, Surakarta dan Jawa Timuran.
Di era kontemporer saat ini, selain untuk merawat kebudayaan melalui seni pewayangan, setidaknya menjadi bahan referensi kepada pemilik media televisi baik negeri maupun swasta untuk mengembalikan kembali tradisi pertunjukkan pewayangan sebagai hiburan masyarakat ditengah pandemi covid-19, tentunya jika masyarakat Indonesia merasa terhibur atas pertunjukkan tersebut, maka dalam meningkatkan imunitas tubuh seiring dengan berjalannya waktu akan meningkat.
Oleh: Aji Cahyono, Artikel Terpublish pada tanggal 14 Agustus 2021 di Watyutink.