Telegrafi – Pertanian khususnya pangan masih bertumpu pada level menengah kecil. Meski demikian, sektor ini menjadi fondasi yang kuat di bidang pertanian. Baru-baru ini, Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan data tentang Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia kuartal II-2020 tumbuh -5,32 % jika dibandingkan dengan kuartal II-2019 (year on year/y-o-y), dan tumbuh -4,19 % jika dibandingkan dengan kuartal I-2020 (quarter on quarter/q-o-q).
Di balik angka tersebut, terdapat fakta yang perlu kita syukuri sekaligus sadari bahwa PDB bidang pertanian justru melesat mencapai 16,24 % pada triwulan II (q-o-q). Bahkan, catatan dari y-o-y, hanya pertanian yang tetap tumbuh positif hingga 2,19 %. Kontribusi sektor pertanian pada kuartal II-2019 hanya 13,57 %, tapi pada kuartal II-2020 meningkat menjadi 15,46 %. Pertumbuhan sektor pertanian membuktikan bila sektor pertanian terutama petani dalam masa pandemi merupakan pahlawan perekonomian nasional.
Ketersediaan Pangan
Kesiapan dan ketersediaan bahan pangan pokok bagi masyarakat juga perlu dipetakan strategi distribusi logistiknya. Fokus pada peningkatan produksi pangan dengan stimulus pelaku usaha pertanian, seperti relaksasi kredit usaha rakyat (KUR) pertanian, serta mempercepat bantuan sarana dan prasarana serta subsidi pertanian. Subsidi transportasi pangan dari daerah surplus ke daerah minus juga disiapkan guna distribusi pangan dapat menjangkau seluruh wilayah.
Keamanan stok pangan merupakan bukti tangguhnya para petani dalam keadaan kategori bencana non alam yang tidak bisa diperkirakan seperti pandemi Covid-19. Bagi sektor lain menjalankan protokol work from home mungkin dijalankan. Tetapi di sektor pertanian aktivitas usaha tani tetap harus berjalan dengan rambu-rambu yang benar work on field.
Kinerja bidang pertanian di sektor ekspor juga membanggakan. Ekspor pertanian di April 2020 mencapai USD 0,28 miliar atau tumbuh 12,66 % (y-o-y). Kenaikan ekspor didapat dari empat subsektor unggulan : perkebunan, tanaman pangan, hortikultura, dan peternakan.
Upaya lain yakni dengan menggerakkan Pasar-Pasar Tani dan Stasiun Terminal Agribisnis (STA) yang ada di sentrasentra komoditas pertanian dan memperbaiki penyerapan produksi pertanian yang ada. Pemasaran dan informasi kebutuhan konsumen khususnya di perkotaan bisa terbantu melalui platform pemasaran di sektor jasa distribusi dan logistik yang tujuannya agar masyarakat dapat mengakses bahan pangan berkualitas dengan harga terjangkau di tengah menurunnya daya beli.
Insentif
Insentif bagi petani saat pandemi didorong berupa insentif benih, peningkatan anggaran guna mensubsidi kebutuhan pupuk, asuransi petani termasuk pembiayaan atau keringanan kredit bagi petani. Petani dalam usaha taninya pasti membutuhkan input berupa modal, baik berupa dana segar maupun sarana produksi. Apalagi jika petani mengalami risiko kerugian dalam proses usahataninya termasuk dalam kondisi social/physical distancing.
Aksesibilitas terhadap permodalan juga menjadi permasalahan paling mendasar yang sering dihadapi petani. Keterbatasan modal juga membuat kuantitas dan kualitas hasil yang didapat petani tidak maksimal. Permasalahan modal ini juga menjadi penyebab utama banyaknya petani yang hidup di bawah garis kemiskinan.
Hanya sekitar 15% petani yang mengakses kredit di bank. Mayoritas sebesar 52% masih mengandalkan modal sendiri, kerabat, dan lembaga keuangan nonbank lainnya. Sementara itu, 33% petani lainnya mengandalkan kredit usaha rakyat (KUR). Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pemahaman petani pada produk keuangan yang tersedia memang masih rendah. Hadirnya Kredit Usaha Tani (KUT) dan Kredit Usaha Rakyat (KUR) dirasa belum maksimal. Realisasi penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) di sektor pertanian 2019 masih di bawah 7%.