Oleh Aji Cahyono, Esai dibuat pada tahun 2018 dalam rangka “Kompetisi Esai GMNI 2018” dengan tema “Kemitraan Strategis Indonesia di Kawasan Asia Pasifik dan Afrika” DPP GMNI Periode 2017 – 2019.
Manusia merupakan wujud manifestasi ciptaan Allah SWT Tuhan Semesta Alam yang telah memberikan kenikmatan dalam kehidupan di muka bumi. Tujuan dari Allah SWT menciptakan manusia agar manusia dapat merasakan realitas kehidupan yang sebenarnya dengan berbagai cara. Salah satu manusia yang harus dihadapi ketika hidup melainkan hanya beribadah kepada Allah SWT Tuhan semesta alam dan melakukan hubungan sesama manusia dengan baik (muamalah) guna menciptakan suasana yang aman, tentram, dan sejahtera bagi umat manusia di muka bumi ini.
Indonesia merupakan Negara yang kaya dengan banyaknya Pulau, Suku, Bahasa, Ras, Agama yang termuat dalam Pancasila sebagai landasan idiil dan UUD 1945 sebagai landasan konstituante dengan bertujuan untuk merawat Ke- bhinneka-an tunggal Ika. Yang menjadi sebab akibat bangsa Indonesia semakin hilang kharismatiknya pada pasca zaman revolusi kemerdekaan (atau yang dikenal dengan Orde Lama) karena sepeninggalan Pendiri bangsa atau Bapak Proklamator Indonesia yaitu DR (H.C) Ir. Sukarno telah turun jabatannya sebagai presiden dalam hasil MPRS 1967 dalam peristiwa SUPERSEMAR (Surat Perintah 11 Maret) yang pada akhirnya diganti oleh Paduka Mulia Mayjen Suharto sebagai presiden Indonesia yang kedua.
Sebab akibat Ke-Bhinneka-an runtuh seperti halnya contoh adanya pertumpahan darah pada “Konflik Agama di Ambon”. Konflik berbau agama paling tragis meletup pada tahun 1999 silam. Konflik dan pertikaian yang melanda masyarakat Ambon-Lease sejak Januari 1999, telah berkembang menjadi aksi kekerasan brutal yang merenggut ribuan jiwa dan menghancurkan semua tatanan kehidupan bermasyarakat.
Konflik tersebut kemudian meluas dan menjadi kerusuhan hebat antara umat Islam dan Kristen yang berujung pada banyaknya orang meregang nyawa. Kedua kubu berbeda agama ini saling serang dan bakar membakar bangunan serta sarana ibadah. Kerusuhan yang merusak tatanan kerukunan antar umat beragama di Ambon itu berlangsung cukup lama sehingga menjadi isu sensitif hingga saat ini.
Kejadian dalam pertumpahan darah yang dapat menjadikan suatu pertanyaan bahwa Bhinneka Tunggal Ika perlu dipertanyakan hingga Era Reformasi maupun zaman millennial. Peristiwa yang terjadi tidak menumbuhkan jiwa Nasionalisme Indonesia yang digagas oleh Bung Karno yaitu Nasionalisme yang diwujudkan dalam memanusiakan manusia. Indikasi dari peristiwa itu dapat dijadikan sebagai suatu pembelajaran bagi rakyat Indonesia betapa pentingnya kita menjaga nilai-nilai toleransi dalam keberagaman suku, ras, dan Agama menjadi roh persatuan untuk menyusun kekuatan agar Negara Indonesia tetap terjaga, utuh, damai, dan sejahtera.
Kata Pluralisme ditinjau dari etimologi atau bahasa, berasal dari bahasa Inggris yaitu pluralism terdiri dari dua kata yaitu plural yang berarti beragam dan isme yang berarti paham yang artinya beragam pemahaman, atau bermacam- macam paham. Jadi Secara sederhana pluralisme dapat diartikan sebagai paham yang mentoleransi adanya keragaman pemikiran, peradaban, agama, dan budaya. Bukan hanya mentoleransi adanya keragaman pemahaman tersebut, tetapi bahkan mengakui kebenaran masing-masing pemahaman, setidaknya menurut logika para pengikutnya.
Salah satu ayat yang berkesinambungan dengan nilai-nilai keberagaman terdapat dalam kandungan surat Al-Hujurat (13) yang berbunyi:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal (Q.S Al Hujurat: 13)”
Secara historis, Presiden pertama Indonesia (Soekarno) pernah membuat geger Perserikatan Bangsa-Bangsa dan membuat terkesima bangsa-bangsa lain atas pidatonya di depan Sidang Umum PBB XV, 30 September 1960. Dalam pidatonya Bung Karno antara lain mengatakan:
“Hari ini, dalam mengucapkan pidato kepada sidang majelis umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, saya merasa tertekan oleh suatu rasa tanggung jawab yang besar. Saya merasa rendah hati berbicara di hadapan rapat agung daripada negarawan-negarawan yang bijaksana dan berpengalaman dari timur dan barat, dari utara dan dari selatan, dari bangsa-bangsa tua dan dari bangsa-bangsa muda dan dari bangsa- bangsa yang baru bangkit kembali dari tidur yang lama,” kata Bung Karno ketika itu.
“Saya telah memanjatkan do’a kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, agar lidah saya dapat menemukan kata-kata yang tepat untuk menyatakan perasaan hati saya, dan saya juga telah berdo’a agar kata-kata ini akan bergema dalam hati sanubari mereka yang mendengarnya”.
“Saya merasa gembira sekali dapat mengucapkan selamat kepada tuan ketua atas pengangkatannya dalam jabatannya yang tinggi dan konstruktif. Saya juga merasa gembira sekali untuk menyampaikan atas nama bangsa saya ucapkan selamat datang yang sangat mesra kepada keenambelas anggota baru dari Perserikata Bangsa-Bangsa.”
“Kitab suci Islam mengamanatkan sesuatu kepada kita pada saat ini. Qur’an berkata: “Hai, sekalian manusia, sesungguhnya aku telah menjadikan kamu sekalian dari seorang lelaki dan seorang perempuan, sehingga kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu sekalian kenal-mengenal satu sama lain. Bahwasanya yang lebih mulia di antara kamu sekalian, ialah yang lebih taqwa kepadaKu”.
Jadi maksud dan tujuan dari apa yang dicita-citakan oleh bung karno dalam pemahaman tersebut adalah menjaga keutuhan NKRI dengan penanaman-penanaman toleransi dalam pluralisme, Allah SWT menciptakan manusia dengan wujud laki-laki dan perempuan untuk saling kenal mengenal.
Allah SWT Tuhan Semesta Alam menciptakan manusia yang ditempatkan pada asalnya tempat dilahirkannya pada suku tersebut. Manusia diberikan akal dan hati untuk berfikir bagaimana menjadi masyarakat yang adil, tentram, damai dan sejahtera dengan beraneka ragam, suku, budaya, ras dan Agama. seperti halnya disebutkan dalam kata شُعُوبًا yaitu berbangsa-bangsa dan قَبَآئِلَ yaitu bersuku-suku.
Maka dari itu, bangsa Asia dan Afrika perlu menerapkan nilai – nilai toleransi dalam berAgama yang terdapat pluralitas yang ada di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Agar tidak terjadi diskriminasi dalam kesenjangan sosial sesuai dengan anjuran dalam Q.S Al-Hujurat ayat ke – 13.
Kedamaian dan ketentramanan merupakan salah satu cita-cita ukhuwah Islamiyah seperti halnya ketika Rasulullah SAW beserta sahabat- sahabatnya untuk mendirikan Negara madinah, didalam Negara madinah juga terdapat beragam suku dan Agama seperti Suku Auz , Khraja, dll. Dan juga tidak terlepas didalam Negara Madinah terdapat Agama Islam, Nasrani, dan Yahudi sebagai contoh dalam pluralisme dalam bernegara.