Telegrafi – Yang gak mau minum minuman mengandung alkohol, ya jangan minum!
Yang mau minum minuman mengandung alkohol, Cheers!!! Kita toast.
Gak ada masalah khan?
Waktu dulu jalan-jalan ke Genting Highland, ke tempat wisata, dan ada tempat perjudiannya, semua orang di Malaysia biasa-biasa saja tuh.
Yang mau masuk tempat judi ya silahkan, yang punya paspor yang mencantumkan agamanya Islam ya dilarang masuk, begitu aturannya di sana. Tak jadi soal.
Tapi Genting Highland yang terletak di jantung Malaysia berkibar terus menghasilkan devisa bagi negara.
Di Uni Emirat Arab, juga biasa-biasa saja. Yang mau minum minuman beralkohol ya silahkan pesan di tempat-tempat yang memang diijinkan serta menyediakannya.
Yang mau main judi ya tanggung sendiri risikonya. Itu urusan masing-masing, dewasalah.
Yang penting buat negara, perjudian dilokalisir, tertib dan bayar pajak. Hasil pajak didistribusikan kembali demi keadilan sosial. Habis perkara.
Di Manado ada minuman tradisional beralkohol ’Cap Tikus’ yang dahsyat itu. Di Jakarta ada pabrik Bir Delta Jakarta milik Pemprov DKI.
Mungkin nanti produksinya bisa kita ekspor juga ke Malaysia dan Uni Emirat Arab. Mengapa tidak?
Apa sih masalahnya, kok urusan simpel dibikin ribet.
Cheers ah!!!
Oleh: Andre Vincent Wenas, Direktur Kajian Ekonomi, Kebijakan Publik & SDA Lembaga Kajian Anak Bangsa (LKAB).